Congyang Minuman Beralkohol Khas Semarang Hasil Akulturasi Budaya

Congyang, Minuman Beralkohol Khas Semarang Hasil Akulturasi Budaya – Kota semarang mempunya banyak variasi kuliner khas dan sudah terkenal di masyarakat luas, mulai dari lumpia, bandeng presto, wingko babat, dan lainnya. Kota ini pun seakan memiliki banyak akulturasi kuliner khas dikarenakan ada empat budaya berbeda yakni Jawa, Tiongkok, Belanda, dan Arab. Selain terkenal dengan kuliner khasnya, kota semarang juga memiliki minuman beralkohol yang terbuat dari akulturasi budaya Tiongkok dengan Jawa.

Memiliki nama Cap Tiga Orang namun lebih dikenal oleh warga semarang dengan Daftar Situs Judi Slot Online Terpercaya nama Ceye (CY) atau Congyang, minuman beralkohol dengan kadar alkohol 19,63% ala-ala Wine ini dibuat oleh CV Tirta Waluyo.

congyang minuman beralkohol khas semarang

Riwayat Congyang

Congyang awalannya mulai tersebar luas di Kota Atlas pada medio 1980an. Peracik congyang pertama kalinya adalah Koh A Djong.

Sebelumnya A Djong membuat minuman kesehatan yang dinamakan sama seperti namanya. Minuman A Djong selanjutnya tersebar luas di Semarang sekitaran tahun 1970 lalu. Koh A Djong sendiri sebagai pakar silat asal dari Tiongkok, dataran yang dikenali pernah memenangkan gelaran kungfu style bebas berkali-kali.

Kabarnya A Djong dididik sepanjang 27 tahun untuk mempelajari kungfu di Tiongkok. A Djong lalu tinggal di Semarang atas keinginan orangtuanya.

A Djong selanjutnya menikah dengan Auw Yang Ien Nio, seorang wanita peranakan Tionghoa dari Daerah Gabahan, Lengkong Buntet Semarang tengah.

“Yang saya mengetahui, A Djong dahulu sangat populer. Beberapa orang ngenalnya jika mabok ya carinya minuman A Djong. Jika tidak salah kandungan alkoholnya sekitaran 35 %,” kata seorang masyarakat Daerah Gabahan yang malas diambil namanya.

Congyang Beralih Fungsi

Congyang yang pada esensinya ialah jamu kesehatan, pada perjalanannya banyak dimakan terlalu berlebih oleh beberapa customernya. Untuk memperhitungkan beberapa hal yang tidak diharapkan, karena itu pemerintahan membuat peraturan dengan masukkan minuman ini dalam kelompok minuman mengandung alkohol kelompok B, karena didalamnya mempunyai kandungan alkohol sejumlah 19.5%.

Peredaran minuman ini selanjutnya harus dilaksanakan dalam pemantauan yang ketat.
Sayang, dalam usaha pencarian riwayat minuman Congyang di industri pembikinnya, kami tidak berhasil mendapat info dari pemilik CV Tirta Waluyo.

Wakil keluarga CV Tirto Waluyo yang mencoba dikontak, malas memberi info berkaitan riwayat dan perubahan produksi Congyang sekarang ini.

Tetapi dari rekomendasi yang didapatkan dari beberapa sumber, ada yang menjelaskan jika kata Congyang ialah resapan dari bahasa Hokkian yang memiliki arti Mawar Merah.

Walau sebenarnya dengan bahasa Hokkian kata “Chong” sendiri memiliki arti Maju dan “Yang” sendiri tidak mempunyai pemaknaan Mawar atau Merah (Hóngsè).

Tetapi terlepas dari itu, kekhasan rasa Congyang sudah jadi wujud asimilasi dua budaya, yaitu etnis Jawa dan Tionghoa.

Di pasar, Congyang dipasarkan dalam dua tipe paket botol besar dan botol kecil. Cap gambarnya ciri khas yaitu orangtua yang dijepit oleh dua wanita. Oleh karenanya pada labelnya ada tulisan “Cap Tiga Orang”.

Walau terhitung minuman keras, tetapi tahun 2010, Congyang dilegalkan sebagai produk komoditi.